Kamis, 25 Juli 2013

ASKEP VARICELLA


MAKALAH SISTEM INTEGUMEN
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN VARICELLA

logo

DISUSUN OLEH KELOMPOK :
1.       BOBBY
2.      REZTY DWI AVIANTI
3.     RIKA SYAMSIDAR




STIKES BINA HUSADA PALEMBANG
PSIK C2
TAHUN AJARAN : 2013/1014
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillahirabbilalamin. Segala puji bagi Allah yang telah menolong kami menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan-NYA mungkin kelompok tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik. Shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta yakni nabi muhammad SAW.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang ASUHAN KEPERAWATAN VARICELLA, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini di susun oleh Kelompok dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Makalah ini memuat tentang “Asuhan Keperawatan Varicella” yang sangat berbahaya bagi kesehatan seseorang. Walaupun makalah ini mungkin kurang sempurna tapi juga memiliki detail yang cukup jelas bagi pembaca.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen Mata Kuliah Askep Sistem Integumen yang telah membimbing penyusun agar dapat mengerti tentang bagaimana cara kami menyusun Makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelompok mohon untuk saran dan kritiknya. Terima kasih.
Palembang,   Juli  2013

    Kelompok
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Varisela adalah penyakit infeksi virus akut dan cepat menular, yang disertai gejala konstitusi dengan kelainan kulit yang polimorf, terutama berlokasi di bagian sentral tubuh. (Prof. Dr. Maswali Harahap, 2000 : 94)
Varicella pada umumnya menyerang anak-anak ; dinegara-negara  bermusin empat, 90% kasus varisela terjadi sebelum usia 15 tahun. Pada anak-anak , pada umumnya penyakit ini tidak begitu berat.
Namun di negara-negara tropis, seperti di Indonesia, lebih banyak remaja dan orang dewasa yang terserang Varisela. Lima puluh persen kasus varisela terjadi diatas usia 15 tahun. Dengan demikian semakin bertambahnya usia pada remaja dan dewasa, gejala varisela semakin bertambah berat.

B. TUJUAN
1.      Untuk mengetahui konsep dasar dan teori penyakit Varicella
2.      Untuk mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan untuk penyakit Varicella.

C. MANFAAT
1.      Agar lebih mengetahui tentang penyakit Varicella.
2.      Agar terhindar dari bahayanya Penyakit Varicella.
3.      Agar meningkatkah asuhan keperawatan Varicella bagi perawat.



BAB II
KONSEP MEDIS

A. Definisi
Varisela berasal dari bahasa latin, Varicella. Di Indonesia penyakit ini dikenal dengan istilah cacar air, sedangkan di luar negeri terkenal dengan nama Chicken – pox.
Varisela adalah Penyakit Infeksi Menular yang disebabkan oleh virus Varicella Zoster, ditandai oleh erupsi yang khas pada kulit.
Varisela atau cacar air merupakan penyakit yang sangat menular yang disebabkan oleh virus Varicella Zoster dengan gejala-gejala demam dan timbul bintik-bintik merah yang kemudian mengandung cairan.
Varisela adalah penyakit infeksi virus akut dan cepat menular, yang disertai gejala konstitusi dengan kelainan kulit yang polimorf, terutama berlokasi di bagian sentral tubuh. (Prof. Dr. Maswali Harahap, 2000 : 94)
Varisela merupakan penyakit akut menular yang ditandai oleh vesikel di kulit dan selaput lendir yang disebabkan oleh virus varisella. Varisela adalah infeksi akut prime yang menyerang kulit dan mukosa secara klinis terdapat gejala konstitusi, kelainan kulit polimorfi terutama berlokasi di bagian sentral tubuh, disebut juga cacar air, chicken pox (Kapita Selekta, 2000).


B. Etiologi
Virus Varicella Zoster, termasuk Famili Herpes Virus. Menurut Richar E, varisela disebabkan oleh Herpes virus varicella atau disebut juga virus varicella-zoster (virus V-Z). Virus tersebut dapat pula menyebabkan herpes zoster. Kedua penyakit ini mempunyai manifestasi klinis yang berbeda. Diperkirakan bahwa setelah ada kontak dengan virus V-Z akan terjadi varisela; kemudian setelah penderita varisela tersebut sembuh, mungkin virus itu tetap ada dalam bentuk laten (tanpa ada manifestasi klinis) dan kemudian virus V-Z diaktivasi oleh trauma sehingga menyebabkan herpes zoster. Virus V-Z dapat ditemukan dalam cairan vesikel dan dalam darah penderita verisela dapat dilihat dengan mikroskop electron dan dapat diisolasi dengan menggunakan biakan yang terdiri dari fibroblas paru embrio manusia.

C. Klasifikasi
Menurut Siti Aisyah (2003). Klasifikasi Varisela dibagi menjadi 2 :
1.      Varisela congenital
Varisela congenital adalah sindrom yang terdiri atas parut sikatrisial, atrofi ekstremitas, serta kelainan mata dan susunan syaraf pusat. Sering terjadi ensefalitis sehingga menyebabkan kerusakan neuropatiki. Risiko terjadinya varisela congenital sangat rendah (2,2%), walaupun pada kehamilan trimester pertama ibu menderita varisela. Varisela pada kehamilan paruh kedua jarang sekali menyebabkan kematian bayi pada saat lahir. Sulit untuk mendiagnosis infeksi varisela intrauterin. Tidak diketahui apakah pengobatan dengan antivirus pada ibu dapat mencegah kelainan fetus.
2.      Varisela neonatal
Varisela neonatal terjadi bila terjadi varisela maternal antara 5 hari sebelum sampai 2 hari sesudah kelahiran. Kurang lebih 20% bayi yang terpajan akan menderita varisela neonatal. Sebelum penggunaan varicella-zoster immune globulin (VZIG), kematian varisela neonatal sekitar 30%. Namun neonatus dengan lesi pada saat lahir atau dalam 5 hari pertama sejak lahir jarang menderita varisela berat karena mendapat antibody dari ibunya. Neonatus dapat pula tertular dari anggota keluarga lainnya selain ibunya. Neonatus yang lahir dalam masa risiko tinggi harus diberikan profilaksis VZIG pada saat lahir atau saat awitan infeksi maternal bila timbul dalam 2 hari setelah lahir. Varisela neonatal biasanya timbul dalam 5-10 hari walaupun telah diberikan VZIG. Bila terjadi varisela progresif (ensefalitis, pneumonia, varisela, hepatitis, diatesis pendarahan) harus diobati dengan asiklovir intravena. Bayi yang terpajan dengan varisela maternal dalam 2 bulan sejak lahir harus diawasi. Tidak ada indikasi klinis untuk memberikan antivirus pada varisela neonatal atau asiklovir profilaksis bila terpajan varisela maternal.

D. Manifestasi Klinik
·        Masa tunas penyakit berkisar antara 8-12 hari.
·        Didahului stadium prodromal yang ditandai :
1.      Demam
2.      Malaise
3.      Sakit kepala
4.      Anoreksia
5.      Sakit punggung
6.      Batuk kering
7.      Sore throat yang berlangsung 1-3 hari.
·        Stadium : erupsi yang ditandai dengan terbentuknya verikula yang khas, seperti tetesan embun (teardrops) vesikula akan berubah menjadi pustule, kemudian pecah menjadi kusta, sementara proses ini berlangsung, timbul lagi vesikel baru sehingga menimbulkan gambaran polimorfi.
·        Penyebaran lesi terutama adalah di daerah badan kemudian menyebar secara satrifugal ke muka dan ekstremitas. (Prof.dr. Marwali Harahap, 2000 : 94 – 95 )

E. Patofisiologi
Menyebar Hematogen.
Virus Varicella Zoster juga menginfeksi sel satelit di sekitar Neuron pada ganglion akar dorsal Sumsum Tulang Belakang. Dari sini virus bisa kembali menimbulkan gejala dalam bentuk Herpes Zoster.
Sekitar 250 – 500 benjolan akan timbul menyebar diseluruh bagian tubuh, tidak terkecuali pada muka, kulit kepala, mulut bagian dalam, mata , termasuk bagian tubuh yang paling intim. Namun dalam waktu kurang dari seminggu , lesi teresebut akan mengering dan bersamaan dengan itu terasa gatal. Dalam waktu 1 – 3 minggu bekas pada kulit yang mengering akan terlepas.
Virus Varicella Zoster penyebab penyakit cacar air ini berpindah dari satu orang ke orang lain melalui percikan ludah yang berasal dari batuk atau bersin penderita dan diterbangkan melalui udara atau kontak langsung dengan kulit yang terinfeksi.
Virus ini masuk ke tubuh manusia melalui paru-paru dan tersebar kebagian tubuh melalui kelenjar getah bening.
Setelah melewati periode 14 hari virus ini akan menyebar dengan pesatnya ke jaringan kulit. Memang sebaiknya penyakit ini dialami pada masa kanak-kanak dan pada kalau sudah dewasa. Sebab seringkali orang tua membiarkan anak-anaknya terkena cacar air lebih dini.
Varicella pada umumnya menyerang anak-anak ; dinegara-negara  bermusin empat, 90% kasus varisela terjadi sebelum usia 15 tahun. Pada anak-anak , pada umumnya penyakit ini tidak begitu berat.
Namun di negara-negara tropis, seperti di Indonesia, lebih banyak remaja dan orang dewasa yang terserang Varisela. Lima puluh persen kasus varisela terjadi diatas usia 15 tahun. Dengan demikian semakin bertambahnya usia pada remaja dan dewasa, gejala varisela semakin bertambah berat.

F. Komplikasi
Cacar air jarang menyebabkan komplikasi. Jika terjadi komplikasi dapat berupa infeksi kulit. Komplikasi yang paling umum ditemukan adalah :
1.      Bekas luka yang menetap. Hal ini umumnya ditemukan jika cacar air terjadi pada anak yang usianya lebih tua atau cenderung pada orang dewasa.
2.      Acute Cerebral Ataxia Komplikasi ini tidak umum ditemukan dan cenderung lebih mungkin tejadi pada anak yang lebih tua. Komplikasi ini ditandai dengan gerakan otot yang tidak terkoordinasi sehingga anak dapat mengalami kesulitan berjalan, kesulitan bicara, gerakan mata yang berganti-ganti dengan cepat. Ataxia ini akan menghilang dengan sendirinya dalam waktu beberapa minggu atau bulan.

Pada beberapa kelompok, cacar air mungkin menyebabkan komplikasi yang serius seperti cacar air yang berat dan seluruh tubuh, pneumonia dan hepatitis yang termasuk dalam kelompok tersebut :
1.      Bayi dibawah usia 28 hari.
2.      Orang dengan kekebalan tubuh rendah
3.      Komplikasi yang terjadi pada orang dewasa berupa ensefalitis, pneumonia, karditis, glomerulonefritis, hepatitis, konjungtivitis, otitis, arthritis dan kelainan darah (beberapa macam purpura).
4.      Infeksi pada ibu hamil trimester pertama dapat menimbulkan kelainan congenital, sedangkan infeksi yang terjadi beberapa hari menjelang kelahiran dapat menyebabkan varisela congenital pada neonatus.

G. Pencegahan
1.      Hindari kontak dengan penderita.
2.      Tingkatkan daya tahan tubuh.
3.      Imunoglobulin Varicella Zoster
-     Dapat mencegah (atau setidaknya meringankan0 terjadinya cacar air. Bila diberikan dalam waktu maksimal 96 jam sesudah terpapar.
-     Dianjurkan pula bagi bayi baru lahir yang ibunya menderita cacar iar beberapa saat sebelum atau sesudah melahirkan.

H. Penatalaksanaan
1.      Nyeri diberikan analgetik
2.      Terdapat infeksi sekunder diberikan antibiotic
3.      Defisiensi imunitas diberikan antiviral/imunostrimulator.
4.      Sejak lesi muncul dalam 3 hari pertama diberikan asiklovir.
5.      Untuk mencegah fibrosis ganglion diberikan kortikosteroid.
6.      Pengobatan tropical tergantung pada stadium, pada 5 stadium besikal diberikan bedak untuk mencegah pecahnya vesikel agar tidak terjadi infekel sekunder.                         (Arif Mansjoer, 2000 : 129)






I. Patoflow




























BAB III
KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1.      Aktivitas / Istirahat
Tanda : penurunan kekuatan tahanan
2.      Integritas ego
Gejala : masalah tentang keluarga, pekerjaan, kekuatan, kecacatan.Tanda : ansietas, menangis, menyangkal, menarik diri, marah.
3.      Makan/cairan
Tanda : anorexia, mual/muntah
4.      Neuro sensori
Gejala : kesemutan area bebas Tanda : perubahan orientasi, afek, perilaku kejang (syok listrik), laserasi corneal, kerusakan retinal, penurunan ketajaman penglihatan
5.      Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Sensitif untuk disentuh, ditekan, gerakan udara, peruban suhu.
6.      Keamanan
Tanda : umum destruksi jaringan dalam mungkin terbukti selama 3-5 hari sehubungan dengan proses trambus mikrovaskuler pada kulit.
7.      Data subjektif
Pasien merasa lemas, tidak enak badan, tidak nafsu makan dan sakit kepala.
8.      Data Objektif :
a)      Integumen : kulit hangat, pucat dan adanya bintik-bintik kemerahan pada kulit yang berisi cairan jernih.
b)      Metabolik : peningkatan suhu tubuh.
c)      Psikologis : menarik diri.
d)      GI  : anoreksia.
e)      Penyuluhan / pembelajaran : tentang perawatan luka varicela.

B. Diagnosa Keperawatan
1.      Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan kulit.
2.      Gangguan integritas kulit berhubungan dengan erupsi pada kulit.
3.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dnegan kurangnya intake makanan.
4.      Gangguan citra tubuh berhubungan dengan luka pada kulit.
5.      Kurang pengetahuan tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan.

C. Intervensi
·      Diagnosa 1
Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan kulit.
Tujuan : mencapai penyembuhan luka tepat waktu dan tidak demam.

Intervensi
Rasional
1. Tekankan pentingnya teknik cuci tangan yang baik untuk semua individu yang datang kontak dnegan pasien
1. Mencegah kontaminasi silang, menurunkan resiko infeksi.

2. Gunakan skort, sarung tangan, masker dan teknik aseptic, selama perawatan kulit.
2.  Mencegah masuknya organisme infeksius
3. Awasi atau batasi pengunjung bila perlu
3. Mencegah kontaminasi silang dari pengunjung
4. Cukur atau ikat rambut di sekitar daerah yang terdapat erupsi.
4.  Rambut merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri.
5. Bersihkan jaringan nekrotik / yang lepas (termasuk pecahnya lepuh)
5. Meningkatkan penyembuhan.
6. Awasi tanda vital
6. Indikator terjadinya infeksi.


·      Diagnosa 2
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan erupsi pada kulit.
Tujuan  : mencapai penyembuhan tepat waktu dan adanya regenerasi jaringan.
Intervensi
Rasional
1. Pertahankan jaringan nekrotik dan kondisi sekitar luka.
1. mengetahui keadaan integritas kulit.
2. Berikan perawatan kulit
2. menghindari gangguan integritas kulit

·      Diagnosa 3
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dnegan kurangnya intake makanan
Tujuan : terpenuhinya kebutuhan nitrisi sesuai dengan kebutuhan.
Intervensi
Rasional
1. Berikan makanan sedikit tapi sering
1. Membantu mencegah distensi gaster/ ketidaknyamanan dan meningkatkan pemasukan
2. Pastikan makanan yang disukai/tidak disukai. Dorong orang terdekat untuk membawa makanan dari rumah yang tepat.
2. Meningkatkan partisipasi dalam perawatan dan dapat memperbaiki pemasukan.

·      Diagnosa 4
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan luka pada kulit.
Tujuan  : pasien dapat menerima keadaan tubuhnya.
Intervensi
Rasional
1. Bantu memaksimalkan kemampuan yang dimiliki pasien saat ini
1. memanfaatkan kemampuan dapat menutupi kekurangan.
2. Eksplorasi aktivitas baru yang dapat dilakukan.
2. memfasilitasi dengan memanfaatkan keletihan.
·      Diagnosa 5
Kurang pengetahuan tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan.
Tujuan : adanya pemahaman kondisi dan kebutuhan pengobatan.
Intervensi
Rasional
1. Diskusikan perawatan erupsi pada kulit.
1. Meningkatkan kemampuan perawatan diri dan menngkatkan kemandirian.

D. Implementasi

ü  Diagnosa 1
1.    Menekankan pentingnya teknik cuci tangan yang baik untuk semua individu yang datang kontak dengan pasien.
2.    Menggunakan skort,masker, sarung tangan dan teknik aseptik selama perawatan luka.
3.    Mengawasi atau membatasi pengunjung bila perlu.
4.    Mencukur atau mengikat rambut disekitar daerah yang terdapat erupsi.
5.    Membersihkan jaringan mefrotik.yang lepas (termasuk pecahnya lepuh).
6.    Mengawasi tanda vital.


ü    Diagnosa 2 
a. Memperhatikan jaringan nekrotik dan kondisi sekitar luka.
b. Memberikan perawatan kulit


DiDiagnosa 3
a.  Memberikan makanan sedikit tapi sering.
b. Memastikan makanan yang disukai/tidak disukai , dorong orang terdekat untuk membawa makanan dari rumah yang tepat.

Diagnosa 4
a. Membantu memaksimalkan kemampuan yang dimiliki pasien saat ini.
b. Mengeksplorasi aktivitas baru yang dapat dilakukan.


Diagnosa 5
a. Mendiskusikan perawatan erupsi pada kulit.


E. Evaluasi
Evaluasi disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dalam intervensi dan masalah gangguan intebritas kulit dikatakan teratasi apabila :
1.      Fungsi kulit dan membran mukosa baik dengan parut minimal
2.      Krusta berkurang
3.      Suhu kulit, kelembapan dan warna kulit serta membran mukosa normal alami, tidak terjadi kelainan neurogik.
4.      Tidak terjadi kelainan respiratorik.










BAB IV
PENUTUP


A. Kesimpulan
1.      Varicella adalah infeksi akut primer oleh virus Varicella Zooster yang menyerang kulit dan mukosa.
2.      Penyakit ini disebabkan oleh virus Varicella Zooster. Penamaan virus ini memberi pengertian bahwa infeksi primer virus ini menyebabkan penyakit Varicella. Sedangkan kreativitasnya menyebabkan Herpes Zooster.
3.      Pada beberapa kelompok yaitu :
a)      Bayi dibawah usia 28 hari
b)      Orang dengan kekebalan tubuh rendah.

B. Saran
Diharapkan kepada mahasiswa (i) dapat mengetahui apa itu Varicella dan jadikan sebagai ilmu keperawatan dalam kehidupan sehari-hari.












DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marilynn. E,.(1999). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.EGC : Jakarta.

Tarwoto dan Wartonah. (2000). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Salemba Medika : Jakarta.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar