MAKALAH SISTEM
INTEGUMEN
ASUHAN
KEPERAWATAN DENGAN VARICELLA
DISUSUN OLEH KELOMPOK :
1. BOBBY
2. REZTY DWI
AVIANTI
3. RIKA SYAMSIDAR
STIKES
BINA HUSADA PALEMBANG
PSIK
C2
TAHUN
AJARAN : 2013/1014
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum
warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillahirabbilalamin.
Segala puji bagi Allah yang telah menolong kami menyelesaikan makalah ini
dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan-NYA mungkin kelompok tidak akan sanggup
menyelesaikan dengan baik. Shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada
baginda tercinta yakni nabi muhammad SAW.
Makalah
ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang ASUHAN KEPERAWATAN VARICELLA,
yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini di
susun oleh Kelompok dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri
maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama
pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Makalah
ini memuat tentang “Asuhan Keperawatan Varicella” yang sangat berbahaya bagi
kesehatan seseorang. Walaupun makalah ini mungkin kurang sempurna tapi juga
memiliki detail yang cukup jelas bagi pembaca.
Penyusun
juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen Mata Kuliah Askep Sistem Integumen
yang telah membimbing penyusun agar dapat mengerti tentang bagaimana cara kami
menyusun Makalah ini.
Semoga
makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun
makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelompok mohon untuk saran dan
kritiknya. Terima kasih.
Palembang, Juli 2013
Kelompok
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Varisela adalah penyakit infeksi virus akut dan cepat menular,
yang disertai gejala konstitusi dengan kelainan kulit yang polimorf, terutama
berlokasi di bagian sentral tubuh. (Prof. Dr. Maswali Harahap, 2000 : 94)
Varicella pada umumnya menyerang anak-anak ; dinegara-negara
bermusin empat, 90% kasus varisela terjadi sebelum usia 15 tahun. Pada
anak-anak , pada umumnya penyakit ini tidak begitu berat.
Namun di negara-negara tropis, seperti di Indonesia, lebih
banyak remaja dan orang dewasa yang terserang Varisela. Lima puluh persen kasus
varisela terjadi diatas usia 15 tahun. Dengan demikian semakin bertambahnya
usia pada remaja dan dewasa, gejala varisela semakin bertambah berat.
B.
TUJUAN
1.
Untuk mengetahui konsep dasar dan teori
penyakit Varicella
2.
Untuk mengetahui konsep dasar asuhan
keperawatan untuk penyakit Varicella.
C. MANFAAT
1.
Agar
lebih mengetahui tentang penyakit Varicella.
2.
Agar
terhindar dari bahayanya Penyakit Varicella.
3.
Agar
meningkatkah asuhan keperawatan Varicella bagi perawat.
BAB II
KONSEP MEDIS
A. Definisi
Varisela
berasal dari bahasa latin, Varicella. Di Indonesia penyakit ini dikenal dengan
istilah cacar air, sedangkan di luar negeri terkenal dengan nama Chicken – pox.
Varisela
adalah Penyakit Infeksi Menular yang disebabkan oleh virus Varicella Zoster,
ditandai oleh erupsi yang khas pada kulit.
Varisela
atau cacar air merupakan penyakit yang sangat menular yang disebabkan oleh
virus Varicella Zoster dengan gejala-gejala demam dan timbul bintik-bintik
merah yang kemudian mengandung cairan.
Varisela adalah penyakit infeksi virus akut dan cepat menular,
yang disertai gejala konstitusi dengan kelainan kulit yang polimorf, terutama
berlokasi di bagian sentral tubuh. (Prof. Dr. Maswali Harahap, 2000 : 94)
Varisela merupakan penyakit akut menular yang ditandai oleh
vesikel di kulit dan selaput lendir yang disebabkan oleh virus varisella.
Varisela adalah infeksi akut prime yang menyerang kulit dan mukosa secara klinis
terdapat gejala konstitusi, kelainan kulit polimorfi terutama berlokasi di
bagian sentral tubuh, disebut juga cacar air, chicken pox (Kapita Selekta,
2000).
B. Etiologi
Virus
Varicella Zoster, termasuk Famili Herpes Virus. Menurut
Richar E, varisela disebabkan oleh Herpes virus varicella atau disebut juga
virus varicella-zoster (virus V-Z). Virus tersebut dapat pula menyebabkan
herpes zoster. Kedua penyakit ini mempunyai manifestasi klinis yang berbeda.
Diperkirakan bahwa setelah ada kontak dengan virus V-Z akan terjadi varisela;
kemudian setelah penderita varisela tersebut sembuh, mungkin virus itu tetap
ada dalam bentuk laten (tanpa ada manifestasi klinis) dan kemudian virus V-Z
diaktivasi oleh trauma sehingga menyebabkan herpes zoster. Virus V-Z dapat
ditemukan dalam cairan vesikel dan dalam darah penderita verisela dapat dilihat
dengan mikroskop electron dan dapat diisolasi dengan menggunakan biakan yang
terdiri dari fibroblas paru embrio manusia.
C.
Klasifikasi
Menurut Siti Aisyah
(2003). Klasifikasi Varisela dibagi menjadi 2 :
1.
Varisela congenital
Varisela congenital
adalah sindrom yang terdiri atas parut sikatrisial, atrofi ekstremitas, serta
kelainan mata dan susunan syaraf pusat. Sering terjadi ensefalitis sehingga
menyebabkan kerusakan neuropatiki. Risiko terjadinya varisela congenital sangat
rendah (2,2%), walaupun pada kehamilan trimester pertama ibu menderita
varisela. Varisela pada kehamilan paruh kedua jarang sekali menyebabkan
kematian bayi pada saat lahir. Sulit untuk mendiagnosis infeksi varisela
intrauterin. Tidak diketahui apakah pengobatan dengan antivirus pada ibu dapat
mencegah kelainan fetus.
2.
Varisela neonatal
Varisela neonatal
terjadi bila terjadi varisela maternal antara 5 hari sebelum sampai 2 hari
sesudah kelahiran. Kurang lebih 20% bayi yang terpajan akan menderita varisela
neonatal. Sebelum penggunaan varicella-zoster immune globulin (VZIG), kematian
varisela neonatal sekitar 30%. Namun neonatus dengan lesi pada saat lahir atau
dalam 5 hari pertama sejak lahir jarang menderita varisela berat karena
mendapat antibody dari ibunya. Neonatus dapat pula tertular dari anggota
keluarga lainnya selain ibunya. Neonatus yang lahir dalam masa risiko tinggi
harus diberikan profilaksis VZIG pada saat lahir atau saat awitan infeksi
maternal bila timbul dalam 2 hari setelah lahir. Varisela neonatal biasanya
timbul dalam 5-10 hari walaupun telah diberikan VZIG. Bila terjadi varisela
progresif (ensefalitis, pneumonia, varisela, hepatitis, diatesis pendarahan) harus
diobati dengan asiklovir intravena. Bayi yang terpajan dengan varisela maternal
dalam 2 bulan sejak lahir harus diawasi. Tidak ada indikasi klinis untuk
memberikan antivirus pada varisela neonatal atau asiklovir profilaksis bila
terpajan varisela maternal.
D. Manifestasi Klinik
·
Masa tunas penyakit
berkisar antara 8-12 hari.
·
Didahului stadium
prodromal yang ditandai :
1. Demam
2. Malaise
3. Sakit kepala
4. Anoreksia
5. Sakit punggung
6. Batuk kering
7. Sore throat yang berlangsung 1-3 hari.
·
Stadium : erupsi yang
ditandai dengan terbentuknya verikula yang khas, seperti tetesan embun
(teardrops) vesikula akan berubah menjadi pustule, kemudian pecah menjadi
kusta, sementara proses ini berlangsung, timbul lagi vesikel baru sehingga
menimbulkan gambaran polimorfi.
·
Penyebaran lesi terutama
adalah di daerah badan kemudian menyebar secara satrifugal ke muka dan
ekstremitas. (Prof.dr. Marwali Harahap, 2000 : 94 – 95 )
E. Patofisiologi
Menyebar
Hematogen.
Virus Varicella Zoster juga menginfeksi sel satelit di sekitar
Neuron pada ganglion akar dorsal Sumsum Tulang Belakang. Dari sini virus bisa
kembali menimbulkan gejala dalam bentuk Herpes Zoster.
Sekitar 250 – 500 benjolan akan timbul menyebar diseluruh
bagian tubuh, tidak terkecuali pada muka, kulit kepala, mulut bagian dalam,
mata , termasuk bagian tubuh yang paling intim. Namun dalam waktu kurang dari
seminggu , lesi teresebut akan mengering dan bersamaan dengan itu terasa gatal.
Dalam waktu 1 – 3 minggu bekas pada kulit yang mengering akan terlepas.
Virus Varicella Zoster penyebab penyakit cacar air ini
berpindah dari satu orang ke orang lain melalui percikan ludah yang berasal
dari batuk atau bersin penderita dan diterbangkan melalui udara atau kontak
langsung dengan kulit yang terinfeksi.
Virus
ini masuk ke tubuh manusia melalui paru-paru dan tersebar kebagian tubuh
melalui kelenjar getah bening.
Setelah melewati periode 14 hari virus ini akan menyebar
dengan pesatnya ke jaringan kulit. Memang sebaiknya penyakit ini dialami pada
masa kanak-kanak dan pada kalau sudah dewasa. Sebab seringkali orang tua
membiarkan anak-anaknya terkena cacar air lebih dini.
Varicella pada umumnya menyerang anak-anak ; dinegara-negara
bermusin empat, 90% kasus varisela terjadi sebelum usia 15 tahun. Pada
anak-anak , pada umumnya penyakit ini tidak begitu berat.
Namun di negara-negara tropis, seperti di Indonesia, lebih
banyak remaja dan orang dewasa yang terserang Varisela. Lima puluh persen kasus
varisela terjadi diatas usia 15 tahun. Dengan demikian semakin bertambahnya
usia pada remaja dan dewasa, gejala varisela semakin bertambah berat.
F. Komplikasi
Cacar air jarang menyebabkan komplikasi. Jika terjadi
komplikasi dapat berupa infeksi kulit. Komplikasi yang paling umum ditemukan
adalah :
1.
Bekas
luka yang menetap. Hal ini umumnya ditemukan jika cacar air terjadi pada anak
yang usianya lebih tua atau cenderung pada orang dewasa.
2.
Acute
Cerebral Ataxia Komplikasi ini tidak umum ditemukan dan cenderung lebih mungkin
tejadi pada anak yang lebih tua. Komplikasi ini ditandai dengan gerakan otot
yang tidak terkoordinasi sehingga anak dapat mengalami kesulitan berjalan,
kesulitan bicara, gerakan mata yang berganti-ganti dengan cepat. Ataxia ini
akan menghilang dengan sendirinya dalam waktu beberapa minggu atau bulan.
Pada beberapa kelompok, cacar air mungkin menyebabkan
komplikasi yang serius seperti cacar air yang berat dan seluruh tubuh,
pneumonia dan hepatitis yang termasuk dalam kelompok tersebut :
1.
Bayi
dibawah usia 28 hari.
2.
Orang
dengan kekebalan tubuh rendah
3.
Komplikasi
yang terjadi pada orang dewasa berupa ensefalitis, pneumonia, karditis,
glomerulonefritis, hepatitis, konjungtivitis, otitis, arthritis dan kelainan
darah (beberapa macam purpura).
4.
Infeksi
pada ibu hamil trimester pertama dapat menimbulkan kelainan congenital, sedangkan
infeksi yang terjadi beberapa hari menjelang kelahiran dapat menyebabkan
varisela congenital pada neonatus.
G. Pencegahan
1. Hindari
kontak dengan penderita.
2. Tingkatkan
daya tahan tubuh.
3. Imunoglobulin
Varicella Zoster
- Dapat
mencegah (atau setidaknya meringankan0 terjadinya cacar air. Bila diberikan
dalam waktu maksimal 96 jam sesudah terpapar.
- Dianjurkan
pula bagi bayi baru lahir yang ibunya menderita cacar iar beberapa saat sebelum
atau sesudah melahirkan.
H. Penatalaksanaan
1.
Nyeri diberikan analgetik
2.
Terdapat infeksi sekunder diberikan antibiotic
3.
Defisiensi imunitas diberikan antiviral/imunostrimulator.
4.
Sejak lesi muncul dalam 3 hari pertama diberikan asiklovir.
5.
Untuk mencegah fibrosis ganglion diberikan kortikosteroid.
6.
Pengobatan tropical tergantung pada stadium, pada 5 stadium
besikal diberikan bedak untuk mencegah pecahnya vesikel agar tidak terjadi
infekel sekunder.
(Arif Mansjoer, 2000 : 129)
I. Patoflow
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1.
Aktivitas / Istirahat
Tanda : penurunan
kekuatan tahanan
2.
Integritas ego
Gejala : masalah tentang
keluarga, pekerjaan, kekuatan, kecacatan.Tanda : ansietas, menangis,
menyangkal, menarik diri, marah.
3.
Makan/cairan
Tanda : anorexia,
mual/muntah
4.
Neuro sensori
Gejala : kesemutan area
bebas Tanda : perubahan orientasi, afek, perilaku kejang (syok listrik),
laserasi corneal, kerusakan retinal, penurunan ketajaman penglihatan
5.
Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Sensitif untuk
disentuh, ditekan, gerakan udara, peruban suhu.
6.
Keamanan
Tanda : umum destruksi
jaringan dalam mungkin terbukti selama 3-5 hari sehubungan dengan proses
trambus mikrovaskuler pada kulit.
7.
Data
subjektif
Pasien merasa lemas, tidak enak
badan, tidak nafsu makan dan sakit kepala.
8.
Data
Objektif :
a) Integumen : kulit hangat, pucat dan adanya
bintik-bintik kemerahan pada kulit yang berisi cairan jernih.
b) Metabolik : peningkatan suhu tubuh.
c) Psikologis : menarik diri.
d) GI
: anoreksia.
e) Penyuluhan / pembelajaran : tentang
perawatan luka varicela.
B. Diagnosa Keperawatan
1.
Resiko
tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan kulit.
2.
Gangguan
integritas kulit berhubungan dengan erupsi pada kulit.
3.
Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dnegan kurangnya intake
makanan.
4.
Gangguan
citra tubuh berhubungan dengan luka pada kulit.
5.
Kurang
pengetahuan tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan.
C. Intervensi
· Diagnosa 1
Resiko
tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan kulit.
Tujuan
: mencapai penyembuhan luka tepat waktu dan tidak demam.
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Tekankan pentingnya teknik cuci tangan yang baik untuk semua individu yang
datang kontak dnegan pasien
|
1.
Mencegah kontaminasi silang, menurunkan resiko infeksi.
|
2.
Gunakan skort, sarung tangan, masker dan teknik aseptic, selama perawatan
kulit.
|
2. Mencegah masuknya organisme infeksius
|
3.
Awasi atau batasi pengunjung bila perlu
|
3.
Mencegah kontaminasi silang dari pengunjung
|
4.
Cukur atau ikat rambut di sekitar daerah yang terdapat erupsi.
|
4. Rambut merupakan media yang baik untuk
pertumbuhan bakteri.
|
5.
Bersihkan jaringan nekrotik / yang lepas (termasuk pecahnya lepuh)
|
5.
Meningkatkan penyembuhan.
|
6.
Awasi tanda vital
|
6.
Indikator terjadinya infeksi.
|
· Diagnosa 2
Gangguan
integritas kulit berhubungan dengan erupsi pada kulit.
Tujuan : mencapai penyembuhan tepat waktu dan adanya
regenerasi jaringan.
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Pertahankan jaringan nekrotik dan kondisi sekitar luka.
|
1.
mengetahui keadaan integritas kulit.
|
2.
Berikan perawatan kulit
|
2.
menghindari gangguan integritas kulit
|
· Diagnosa 3
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dnegan kurangnya intake makanan
Tujuan
: terpenuhinya kebutuhan nitrisi sesuai dengan kebutuhan.
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Berikan makanan sedikit tapi sering
|
1.
Membantu mencegah distensi gaster/ ketidaknyamanan dan meningkatkan pemasukan
|
2.
Pastikan makanan yang disukai/tidak disukai. Dorong orang terdekat untuk
membawa makanan dari rumah yang tepat.
|
2.
Meningkatkan partisipasi dalam perawatan dan dapat memperbaiki pemasukan.
|
· Diagnosa 4
Gangguan
citra tubuh berhubungan dengan luka pada kulit.
Tujuan : pasien dapat menerima keadaan tubuhnya.
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Bantu memaksimalkan kemampuan yang dimiliki pasien saat ini
|
1.
memanfaatkan kemampuan dapat menutupi kekurangan.
|
2.
Eksplorasi aktivitas baru yang dapat dilakukan.
|
2.
memfasilitasi dengan memanfaatkan keletihan.
|
· Diagnosa 5
Kurang
pengetahuan tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan.
Tujuan
: adanya pemahaman kondisi dan kebutuhan pengobatan.
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Diskusikan perawatan erupsi pada kulit.
|
1.
Meningkatkan kemampuan perawatan diri dan menngkatkan kemandirian.
|
D. Implementasi
ü Diagnosa
1
|
1. Menekankan pentingnya teknik cuci tangan
yang baik untuk semua individu yang datang kontak dengan pasien.
2. Menggunakan skort,masker, sarung
tangan dan teknik aseptik selama perawatan luka.
3. Mengawasi atau membatasi
pengunjung bila perlu.
4. Mencukur atau mengikat rambut
disekitar daerah yang terdapat erupsi.
5. Membersihkan jaringan
mefrotik.yang lepas (termasuk pecahnya lepuh).
6. Mengawasi tanda vital.
|
ü Diagnosa 2
|
a.
Memperhatikan jaringan nekrotik dan kondisi sekitar luka.
b.
Memberikan perawatan kulit
|
DiDiagnosa 3
|
a. Memberikan makanan sedikit tapi sering.
b.
Memastikan makanan yang disukai/tidak disukai , dorong orang terdekat untuk
membawa makanan dari rumah yang tepat.
|
Diagnosa 4
|
a.
Membantu memaksimalkan kemampuan yang dimiliki pasien saat ini.
b.
Mengeksplorasi aktivitas baru yang dapat dilakukan.
|
Diagnosa
5
|
a.
Mendiskusikan perawatan erupsi pada kulit.
|
E. Evaluasi
Evaluasi
disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dalam intervensi dan masalah gangguan intebritas kulit dikatakan teratasi
apabila :
1. Fungsi
kulit dan membran mukosa baik dengan parut minimal
2. Krusta
berkurang
3. Suhu kulit, kelembapan dan warna kulit serta membran
mukosa normal alami, tidak terjadi kelainan neurogik.
4. Tidak terjadi kelainan respiratorik.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Varicella
adalah infeksi akut primer oleh virus Varicella Zooster yang menyerang kulit
dan mukosa.
2. Penyakit
ini disebabkan oleh virus Varicella Zooster. Penamaan virus ini memberi pengertian bahwa infeksi
primer virus ini menyebabkan penyakit Varicella. Sedangkan kreativitasnya
menyebabkan Herpes Zooster.
3. Pada beberapa kelompok yaitu :
a) Bayi dibawah usia 28 hari
b) Orang
dengan kekebalan tubuh rendah.
B.
Saran
Diharapkan
kepada mahasiswa (i) dapat mengetahui apa itu Varicella dan jadikan sebagai
ilmu keperawatan dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes,
Marilynn. E,.(1999). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien.EGC : Jakarta.
Tarwoto
dan Wartonah. (2000). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Salemba
Medika : Jakarta.
Varisela
Klinikku. http://www.klinikku.com/pustaka/medis/integ/varisela-klinis.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar